Pencapaian dan Harapan di Balik Mushola Al-Fatah PGSD FIP UNJ

Gedung bertuliskan “SGA 1953” menyimpan sejuta cerita khususnya bagi sejarah pembangunan musholla yang kini dinamakan Mushola Al Fatah PGSD FIP UNJ (MAF). Pembangunan MAF diprakarsai oleh Dosen mata kuliah Agama Islam di jurusan PGSD, Bu Hanum beserta beberapa dosen PGSD lainnya, seperti Bu Zakiyah, Pak Dudung, Bu Dedeh dan lain-lain. Mushola yang kini terletak berdekatan dengan pos satpam PGSD, telah berdiri lebih dari 10 tahun silam. Bu Syarifah Hanum selaku pelopor pembangunan mushola, awalnya merasa prihatin dan iba kepada mahasiswa PGSD khususnya yang beragama muslim karena ketiadaan sarana menunaikan ibadah. Kondisi beliau sebagai dosen mata kuliah agama yang menuntut mahasiswa untuk selalu beribadah dengan baik dan benar serta menuntun untuk dekat dengan Sang Khalik dirasa sulit, terlebih beliau harus mengambil nilai beribadah kala itu.

Mahasiswa beribadah di kelasnya masing-masing tepatnya di bagian belakang kelas, tanpa hijab dan tidak didukung oleh situasi yang sesuai sangat menyulitkan mahasiswa. Dari situlah niat suci pembangunan mushola mulai tercetus. Proposal pembangunan musholla telah melalang buana ke fakultas, universitas bahkan sampai keDinas Sosial dan Departemen Agama, namun saying tak berbuah manis, bahkan tak berespon. Alhasil beliau“mengamen” dari kelas-kelas, meminta bantuan dana dari satu dosen ke dosen lain, dan mencari donatur sendiri bahkan uang pribadi beliau pun ikut dikeluarkan demi cita-citanya membangun musholla di kampus PGSD.

“Melakukan kebaikan itu memang susah”, beliau menyadari hal itu. Lelah, kecewa, sakit hati, telah berpadu menjadi satu rasa yang tertinggal kini, hanya kebahagiaan dan sejuta rasa syukur terpanjatkan atas harapan yang terwujud, atas rumah ibadah yang kini berdiri  kokoh, mushola di pojok kampus yang ternyata dibangun dan diberi nama Musholla Al-Fatah.

Musholla Al-Fatah diresmikan bersamaan dengan rangkaian acara tausyiah di MAF. Bu hanum sampai menitikkan air mata, “Alhamdulillah sangat bersyukur hasil jerih payah selama ini akhirnya terwujud bangunan fisik Musholla Al Fatah”.  Namun sekali lagi, mangutip perkataan beliau “Melakukan kebaikan itu memang susah.” Banyak cobaan yang terjadi meskipun setelah Musholla sudah berdiri kokoh. Pembangunan pertama MAF, diprotes oleh orang karena pintunya yang banyak dan terlihat seperti toilet umum. Kemudian dibongkar kembali, dan dilakukan pembangunan ulang seperti MAF yang kita lihat saat ini.

Lahan halaman sekitar musholla sempat ingin dijadikan parkiran motor. Padahal pemakaian lahan parkiran kampus saat ini lebih didominasi oleh orang luar kampus (bukan mahasiswa). Miris,

“Mengapa harus halaman musholla yang dijadikan parkiran”, kata beliau. Jika ada halaman, tentu musholla terlihat indah seperti halnya Masjid Nurul Irfan di kampus A UNJ. Bahkan setiap hari rabu dan sabtu, halaman musholla sering dijadikan tempat belajar bagi anak-anak Rumah Belajar CERIA PGSD.

Sumbangan pembatas perempuan dan laki-laki (hijab) yang hilang entah kemana. Kotak sumbangan yang beberapa kali raib pun kian menambah kesedihan. Dari mulai kunci kotak amal di MAF yang dirusak sampai bagian bawah kotak dijebol, hal ini terjadisampai tiga kali dalam kurun waktu yang berdekatan. Uang yang tidak seberapa banyak dan sulit sekali untuk terkumpul, hilang dalam sekejap. Bu Hanum kian membatin. Padahal semua itu adalah uang untuk pembangunan musholla yang direncanakan akan bertingkat.

Desain mushola bertingkat kini hanya tersimpan dalam tumpukan kertas. Harapan seperti tinggallah harapan. Setiap kali beliau tidak sengaja membukanya, beliau hanya bisa tersenyum haru. Sedih akan harapan dalam desain yang belum juga bisa terwujud, dan bahagia bercampur rasa syukur atas perjuangan pembangunan MAF meski belum maksimal. Hati kecilnya sangat berharap seluruh pihak khususnya pihak internal dapat peduli akan mushola ini, “Toh ini kebutuhan mahasiswa, kebutuhan ibadah mahasiswa. Ada mata kuliah agama, ya seharusnya ada fasilitasnya”.

Langkah perjuangan beliau memang seperti telah terhenti, beliau pun mengakuinya. Namun itu semua karena berbagai alasan yang dilontarkan pihak atasan setiap kali pembangunan itu hendak dilakukan. Pupus? Ya. Tapi semangat dan jiwa mudanya masih berkobar hingga kini untuk merawat Mushola Al Fatah PGSD.